Toleransi antar Umat Beragama
Bogor, 28 Jumadil Awal 1440 H / 3 Februari 2019
بِسْمِ اللّٰهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ
قُلْ يَٰٓأَيُّهَا ٱلْكَٰفِرُونَ ﴿١﴾ لَآ أَعْبُدُ مَا تَعْبُدُونَ ﴿٢﴾ وَلَآ أَنتُمْ عَٰبِدُونَ مَآ أَعْبُدُ ﴿٣﴾ وَلَآ أَنَا۠ عَابِدٌ مَّا عَبَدتُّمْ ﴿٤﴾ وَلَآ أَنتُمْ عَٰبِدُونَ مَآ أَعْبُدُ ﴿٥﴾ لَكُمْ دِينُكُمْ وَلِىَ دِينِ ﴿٦
"(1) Katakanlah: Hai orang-orang kafir. (2) Aku tidak akan menyembah apa yang kamu sembah. (3) Dan kamu bukan penyembah Tuhan yang aku sembah. (4) Dan aku tidak pernah menjadi penyembah apa yang kamu sembah, (5) Dan kamu tidak pernah (pula) menjadi penyembah Tuhan yang aku sembah. (6) Untukmu agamamu, dan untukkulah, agamaku." (Q.S 109:1-6)
Toleransi antar umat beragama merupakan salah satu isu terbesar yang terjadi di dunia. Seperti pada kasus Rohingya, Uyghur, Palestina, Suriah dan masih banyak lagi. Di Indonesia pun tidak jarang terjadi konflik antar agama yang terjadi di Indonesia seperti konflik Poso, konflik Ambon dan masih banyak lagi. Sebagai contoh kita ambil pada kasus Rohingya di Myanmar, umat Islam Rohingya sebagai minoritas merasakan persekusi dan kekerasan oleh militer negara Myanmar sehingga umat Islam Rohingya terpaksa mengungsi di beberapa negara, salah satunya adalah Bangladesh. Lalu bagaimana toleransi antar umat beragama yang baik?
Allah SWT berfirman :
Allah SWT berfirman :
لَا يَنْهَاكُمُ اللَّهُ عَنِ الَّذِينَ لَمْ يُقَاتِلُوكُمْ فِي الدِّينِ وَلَمْ يُخْرِجُوكُم مِّن دِيَارِكُمْ أَن تَبَرُّوهُمْ وَتُقْسِطُوا إِلَيْهِمْ إِنَّ اللَّهَ يُحِبُّ الْمُقْسِطِينَ
"Allah tiada melarang kamu untuk berbuat baik dan berlaku adil terhadap orang-orang tiada memerangimu karena agama dan tidak (pula) mengusir kamu dengan negerimu. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang berlaku adil" (Q.S 60:8)
Dari ayat diatas, dapat disimpulkan bahwa kita harus berbuat baik seperti memberi makan, memberi hadiah dan perbuatan baik lainnya kepada orang kafir selama orang kafir tersebut tidak memerangi kita. Kita hanya boleh memerangi orang kafir kalau orang kafir pun memerangi kita duluan. Jadi, dari ayat di atas dapat disimpulkan juga bahwa Islam adalah agama yang damai. Agama yang sangat mementingkan kemanusiaan. Namun, terdapat beberapa hal-hal yang tidak boleh dilakukan oleh kita sebagai umat Islam terhadap orang kafir.
1. Dilarang memaksakan mereka untuk beragama Islam
Allah SWT berfirman :
لا إِكْرَاهَ فِي الدِّينِ قَدْ تَبَيَّنَ الرُّشْدُ مِنَ الْغَيِّ فَمَنْ يَكْفُرْ بِالطَّاغُوتِ وَيُؤْمِنْ بِاللَّهِ فَقَدِ اسْتَمْسَكَ بِالْعُرْوَةِ الْوُثْقَى لا انْفِصَامَ لَهَا وَاللَّهُ سَمِيعٌ عَلِيمٌ
Tidak ada paksaan dalam (menganut) agama (Islam) , sesungguhnya telah jelas antara jalan yang benar dengan jalan yang sesat. Barang siapa ingkar kepada Thaghut dan beriman kepada Allah, maka sesungguhnya dia telah berpegang (teguh) kepada buhul tali yang sangat kuat yang tidak akan putus. Allah Maha mendengar lagi Maha mengetahui.
Dari ayat di atas, dapat disimpulkan bahwa kita tidak boleh memaksa kaum kafir untuk masuk Islam. Dan kita pun tidak perlu ikut campur dalam perayaan mereka seperti mengucapkan hari raya orang kafir (natal, waisak, nyepi, dll) kepada orang kafir, memakai atribut seperti orang kafir, dll. Dan orang kafir tidak perlu ikut campur dalam perayaan umat Islam seperti mengucapkan selamat Idul Fitri, Idul Adha, dan lain-lain. Seperti yang dikatakan pada Surat Al-Kafirun ayat 1-6 (Q.S 109 : 1-6) yang terdapat pada ayat yang paling awal. Jadi intinya adalah kita sebagai umat Islam tidak perlu memaksa mereka untuk mengikuti agama Islam dan juga merayakan hari raya mereka. Karena jika menyerupai orang kafir bahkan ikut merayakan, maka kita pun akan menjadi orang kafir. Dan juga tidak perlu memaksa orang kafir untuk ikut perayaan hari raya kita.
Rasulullah SAW bersabda :
مَنْ تَشَبَّهَ بِقَوْمٍ فَهُوَ مِنْهُمْ
“Barangsiapa yang menyerupai suatu kaum, maka dia termasuk bagian dari mereka.” (H.R Ahmad 2:50 dan Abu Dawud 4031)
2. Dilarang menyerupai orang kafir
Rasulullah SAW bersabda :
مَنْ تَشَبَّهَ بِقَوْمٍ فَهُوَ مِنْهُمْ
“Barangsiapa yang menyerupai suatu kaum, maka dia termasuk bagian dari mereka.” (H.R Ahmad 2:50 dan Abu Dawud 4031)
Dari hadits di atas, dapat disimpulkan bahwa kita tidak perlu kita mengucapkan hari raya mereka kepada orang kafir, terlebih merayakan hari raya mereka. Karena hal itu akan menjerumuskan antum menjadi orang kafir. Menyerupai orang kafir tidak hanya masalah perayaan hari raya saja, namun hal lainnya seperti mencukur jenggot dan memanjangkan kumis, merayakan ulang tahun, merayakan valentine, memakai pakaian yang menjadi ciri khas orang kafir bahkan menyerupai idola yang notabene adalah orang kafir. Dan kita pun tidak perlu memaksa orang kafir untuk mengucapkan bahkan merayakan hari raya Islam kepada kita. Seperti pada Surat Al-Kafirun ayat 1-6 (Q.S 109 : 1-6) yang ayatnya terdapat di awal.
Terakhir berikut adalah beberapa link video ceramah dari beberapa ustadz:
1. Ustadz Khalid Basalamah
2. Ustadz Felix Siauw
3. Ustadz Syafiq Riza Basalamah
Sumber :
Comments
Post a Comment