Review Film Mata Tertutup

Bogor, 14 Jumadil Awal 1440 H / 20 Januari 2019 M

بِسْمِ اللّٰهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ
Poster Film Mata Tertutup
Tahun Rilis : 2011
Sutradara : Garin Nugroho
Produser : Garin Nugroho, Fajar Riza Ul Haq, Asaf Antariksa, Endang Tirtana
Penulis : Tri Sasongko
Pemeran : Jajang C. Noer, M. Dinu Imansyah, Eka Nusa Pertiwi

Film Mata Tertutup merupakan film drama Indonesia yang dirilis pada tahun 2011 yang disutradarai oleh Garin Nugroho serta dibintangi oleh Jajang C. Noer, M. Dinu Imansyah dan Eka Nusa Pertiwi. 

Dalam pembuatan film ini menggunakan kamera foto Canon 5D dan pemain-pemain "amatir" yang baru pertama kali bermain film kecuali Jajang C Noer. Biaya produksinya sangat murah, konon sekitar Rp 600 juta. Waktu pengambilan gambar adalah sembilan hari. Seluruh copy yang ditayangkan di bioskop berbentuk Digital Cinema Package (DCP). Lewat media film inilah, upaya untuk menyadarkan bahaya fundamentalisme agama, intoleransi, dan budaya kekerasan di kalangan generasi muda dipercaya bisa lebih efektif dilakukan. Untuk itu film ini akan ditayangkan secara digital di sekolah-sekolah, dan pusat-pusat kebudayaan. Dalam produksi film juga ada keterlibatan Ma’arif Institute, yang membawa agenda tentang kehidupan beragama di Indonesia. Melaui Mata Tertutup, Ma’arif Institute sejatinya ingin memberi respons terhadap fundamentalisme beragama, yang dirasa mulai banyak berkembang di generasi muda sekarang. 

Sinopsis

Film ini bercerita tentang tiga orang yang bernama Rima (Eka Nusa Pertiwi), Jabir (M. Dinu Imansyah) dan Asimah (Jajang C.Noer). Rima, Jabir beserta Aini yang merupakan anak dari Asimah terjebak dalam organisasi islam yang bernama Negara Islam Indonesia (NII). NII merupakan organisasi yang bertujuan untuk mengubah Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) yang berazaskan pancasila menjadi Negara Islam Indonesia (NII) yang berazaskan syariat. Keterlibatan dari masing-masing dari ketiga orang tersebut mempunyai latar belakang dan alasan yang berbeda

Rima adalah seorang pemuda cantik yang sangat aktif dalam berorganisasi. Dia merupakan seorang pemuda yang cerdas, berpikiran terbuka dan gemar membaca buku-buku "liberal". Keluargannya merupakan keluarga yang berkecukupan dan keluarga sangat mendukung dengan kegiatan anaknya, terutama ayahnya. Namun ia resah karena kecewa dengan kondisi bangsa Indonesia, terutama masalah kesetaraan gender. Karena keresahan itulah, dia mengikuti organisasi NII yang diharapkan dapat menjawab keresahan mengenai kesetaraan gender serta mewujudkan negara Indonesia yang berazaskan Islam. Dia pun juga mempunyai pengaruh di dalam kelompok NII dengan merekrut beberapa anggota dengan mempengaruhi para perempuan tentang betapa tidak nyamannya hidup yang sering melecehkan perempuan dan kemudian bisa mengumpulkan sejumlah uang. Namun, yang ia dapatkan adalah kekecewaan karena yang didapatkan ternyata di dalam sebuah markas organsisasi, masih terdapat penelentaran anak dan istri oleh suaminya dan tidak ada kesetaraan gender dalam organisasi. Dia pun memutuskan untuk keluar dari organisasi tersebut dan kembali ke rumahnya bersama keluarganya. Dia pun memutuskan untuk aktif dalam organisasi perempuan.

Jabir adalah seorang pemuda yang tampan dan gagah. Dia berasal dari keluarga yang bisa dikatakan tidak memiliki ekonomi yang cukup. Ibunya merupakan seorang buruh kuli di pasar, sedangkan Bapaknya merupakan seorang pemabuk dan tidak bekerja. Bapaknya pun sering sekali meminta uang kepada Ibunya. Jabir pun bahkan dikeluarkan dari pesantren tempat dia belajar karena ibunya sudah tidak sanggup untuk membayar pesantren. Setelah Jabir keluar dari pesantren, dia pun bersama sahabatnya pulang ke rumahnya. Pada saat mereka pulang, dia bertemu dengan seorang penjual buku islami. Pada saat bertemu penjual tersebut, penjual itu pun mengajak keduanya ke pengajian. Di pengajian tersebut, Jabir didoktrin di pengajian tersebut untuk melawan pemerintahan Indonesia karena pemerintah tidak bisa mengentaskan kemiskinan. Untuk melawan pemerintahan Indonesia, Jabir diharuskan untuk berjihad di jalan Allah SWT. Jabir pun memutuskan untuk berjihad dengan bom bunuh diri karena Jabir berpikir dengan jihad tersebut, bisa mengantarkan ibunya ke surga.

Asimah adalah seorang pengusaha kerajinan yang bisa dikatakan sukses. Namun sayangnya dia pun sedang di ambang perceraian dengan suaminya. Asimah mempunyai seorang anak yang bernama Aini. Asimah pun sangat menyayangi dan melindungi Aini. Pada suatu hari, Aini pun menghilang. Asimah pun panik dia menelpon beberapa orang terdekatnya. Setelah itu dia tahu bahwa anaknya diculik oleh organisasi NII. Setelah tahu anaknya diculik oleh NII, Asimah pun berusaha sekali mencari anaknya ke semua tempat dengan menggunakan transportasi umum dan dengan membuat dan menyebarkan poster kehilangan anaknya. Sedangkan Aini mengikuti organisasi NII karena Aini menginginkan kebebasan yang tidak didapatkan ketika bersama ibunya. Akhirnya setelah beberapa lama, Aini memutuskan untuk kembali ke rumahnya bersama ibunya. Saat dia pulang, ia sangat trauma karena merasa diawasi oleh orang lain. Ibunya pun berusaha menenangkan Aini dan mendampingi Aini hingga Aini kembali kuliah.

Review

Terorisme dan radikalisme adalah salah satu isu yang zaman sekarang sedang hangat-hangatnya di dunia, terlebih di Indonesia. Banyak sekali kasus terorisme yang terjadi di Indonesia seperti kasus bom Bali tahun 2002, kasus bom Kuningan tahun 2009 dan yang terbaru adalah kasus bom bunuh diri di Surabaya tahun 2018. Bahkan kalau kita lihat debat capres dan cawapres 2019 pada tanggal 17 Januari 2018 yang lalu, isu terorisme menjadi salah satu isu yang diperdebatkan. Film "Mata Tertutup" ini menjelaskan mengapa dan bagaimana terorisme dan radikalisme terjadi di Indonesia.

Kelompok-kelompok radikalisme dan terorisme berkedok agama ini adalah buah dari paham fundamentalisme agama yang salah tafsir sehingga menuju segregasi kebangsaan. Kelompok-kelompok ini memanfaatkan permasalahan-permasalah NKRI seperti ketimpangan sosial budaya, ekonomi dan rendahnya pendidikan di masyarakat sebagai bahan untuk penyebaran ideologi mereka untuk perekrutan dan pengkaderan anggota baru. Kaum muda sebagai penerus bangsa acapkali menjadi sasaran empuk karena kaum muda berada dalam fase transisi dan fase pencarian diri.

Menurut saya, film ini sangat mencerdaskan kita semua dan membuka mata kita lebih lebar mengenai terorisme dan radikalisme. Dimana faktor ekonomi, sosial budaya dan keluarga adalah salah satu penyebab mengapa terorisme dan radikalisme terus ada di Indonesia. Film ini menceritakan tentang terorisme dengan sangat baik. Film ini mengambil tiga sudut pandang yang berbeda terhadap terorisme seperti faktor labilnya pemuda, faktor ekonomi dan faktor keluarga. Aktor dan aktris yang memerankan juga tampil dengan baik, terutama Jajang C. Noer yang sangat baik dalam memerankan sebagai seorang ibu yang kehilangan anaknya. Sedangkan pemeran lainnya walaupun termasuk baru di dalam dunia perfilman, namun mereka juga memerankan dengan sangat baik.

Untuk menghilangkan terorisme ini tentu bukan hanya peran pemerintah saja. Namun, perlu juga peran kita semua sebagai pemuda untuk terus belajar dan menuntut ilmu, terlebih dalam ilmu agama, agar kita tidak mudah didoktrin oleh sekelompok kepentingan orang, terlebih dalam masalah doktrin terorisme, radikalisme dan pemurtadan. Kita bisa lihat contohnya Jabir yang akhirnya terjerumus doktrin mengenai jihad di jalan Allah SWT. Hal itu terjadi karena Jabir kurang memiliki pengetahuan tentang agama, walaupun dia sudah belajar di pesantren. Selain itu, diperlukan peran keluarga, terutama orang tua, dan teman untuk menangkal radikalisme. Seperti yang kita lihat ketika sahabat Jabir, Husni yang selalu menghibur Jabir ketika Jabir terus diam memikirkan ibunya. Atau Asimah sebagai orang tua dari Aini yang sangat protektif terhadap anaknya, namun sangat sayang kepada Aini sehingga Aini pun bisa kembali ke orang tua dengan sendirinya.

Namun, disini saya rasa film ini masih terdapat kekurangan. Ketika scene Aini pulang dan ketakutan di tempat tidur, saya rasa suara pemeran Aini dan Asimah kurang begitu terdengar dikarenakan volumenya kecil sekali. Kalaupun memang volumenya kecil. Bisa ditambah substitle di bawahnya. Selain itu, menurut saya harus dikurangi penggunaan bahasa daerah karena di film ini masih banyak penggunaan bahasa daerah. Karena film ini mengangkat isu Indonesia bukan mengangkat kebudayaan suatu daerah. Maka alangkah baiknya film ini juga menggunakan full Bahasa Indonesia.

Penilaian

Saya akan memberi nilai 8,5/10 untuk film ini. Film ini sangat direkomendasikan kepada seluruh rakyat negara Indonesia, terutama pemuda Indonesia untuk menonton film ini untuk membuka wawasan dan pandangan kita terhadap permasalahan bangsa Indonesia ini.

Comments