Review Novel : Rindu

 Bogor, 30 Rajab 1442 H / 14 Maret 2021


بِسْمِ اللّٰهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ

Terbitan Pertama : 2014
Pengarang : Tere Liye
Penerbit : Republika, Jakarta
Halaman : ii + 544 Halaman
Dimensi : 13,5 x 20,5 cm


Sinopsis

Berkisah tentang sebuah perjalanan suci yang bertujuan untuk menyempurnakan rukun islam ke 5, yaitu perjalanan haji pada tahun 1938. Menggunakan kapal Belanda "BLITAR HOLLAND", kapal ini membawa penumpang haji dari Makassar menuju Jeddah dengan transit Makassar, Surabaya, Semarang, Batavia (Jakarta), Lampung, Bengkulu, Padang, Aceh, Kolombo (Sri Langka) dan terakhir Jeddah. Perjalanan ini memakan waktu kurang lebih 6 bulan dan dipimpin oleh Kapten Phillips.

Ada Daeng Adipati yang merupakan pedangang di Kota Makassar yang masih muda, kaya raya, pintar dan baik hati. Dia pergi bersama keluarganya, termasuk kedua anaknya Anna dan Elsa. Masyarakat dan seluruh awak kapal Belanda sangat menghormati beliau.

Ada Ahmad Kareang yang merupakan ulama termahsyur yang terkenal dari Makassar hingga Pare-Pare. Merupakan keturunan langsung dari Sultan Alauddin yang merupakan Raja Gowa yang pertama yang masuk Islam. Penduduk memanggilnya dengan nama Gurutta (guru kami). Namun, awak kapal Belanda yang bernama Sargeant Lucas pun memberlakukan Gurutta dengan sangat tidak baik karena dianggap berbahaya oleh Belanda.

Ada Ambo Uleng yang merupakan seorang pemuda tangguh, sangat berpengalaman dalam mengemudikan kapal. Namun, ada hal yang memuat dia menjadi sangat pendiam. Dia melamar di Blitar Holland hanya untuk pergi jauh.

Selama perjalanan, terdapat 5 pertanyaan yang diajukan oleh beberapa penumpang :
1. Pertanyaan dari Bonda Upe yang merupakan seorang guru ngaji mengenai masa lalu yang dulu adalah seorang pelacur untuk tentara Belanda di Batavia , namun sudah berhijrah menjadi guru ngaji dan menikah dengan Enlai, teman kecilnya dulu. Bonda Upe bertanya apakah Allah akan menerima haji mantan seorang pelacur?
2. Pertanyaan dari Daeng Adipati yang mempunyai masa lalu yang buruk, terutama dengan ayahnya. Ayah Daeng Adipati mempunyai tabiat yang buruk. Sehingga Daeng Adipati pun sangat membenci ayahnya. Daeng Adipati bertanya bagaimana cara menghilangkan rasa kebencian dan bisa memaafkan semuanya? 
3. Pertanyaan dari Mbah Kakung yang kehilangan Mbah Putri yang merupakan istrinya karena meninggal dunia saat perjalanan. Mbah Kakung menanyakan mengapa harus sekarang kehilangan istrinya?
4. Pertanyaan dari Ambo Uleng yang pergi jauh karena terancam tidak bisa menikahi salah seorang wanita idamannya yang merupakan anak dari seorang pemilik kapal disebabkan perjodohan yang akan dilakukan oleh kakeknya. Apakah Ambo Uleng akan mendapatkan kesempatan untuk mendapatkan wanita idamannya?
5. Pertanyaan dari Gurutta sendiri yang pernah merasa kehilangan gurunya dan Cut Keumala, wanita idamannya saat Gurutta belajar agama di Aceh karena perang. Sehingga Gurutta pun tidak akan melakukan kekerasan atau perang yang menyebabkan akan kehilangan orang yang disayangi.

Untuk pertanyaan pertama dijawab oleh Gurutta dengan 3 bagian jawaban. Bagian pertama adalah cara terbaik untuk menghadapi masa lalu adalah dengan menghadapinya. Mulai dengan damai menerima masa lalu. Semakin kita berusaha lari dari kenyataan masa lalu, semakin kuat cengkramannya. Apalagi suaminya Enlai bisa menerima masa lalunya dan berusaha mensupport dan menyayangi Bonda Upe. Bagian kedua tentang penilaian orang lain, kita tidak perlu cemas tentang penilaian orang lain karena hanya kita yang tahu persis apakah tawa kita itu bahagia atau tidak. Kita tidak perlu menjelaskan panjang lebar dan membuktikan kepada orang lain bahwa kita hebat, bahagia, sedih, dan lain-lain, kitalah yang tahu persis keadaan kita apakah kita sedih, bahagia, dan lain-lain. Kalaupun orang muslim mengetahui aib kita, maka dia akan menutup aib kita karena Allah menjanjikan barang siapa yang menutupi aib saudaranya, maka Allah akan menutup aib kita di dunia dan akhirat. Bagian ketiga apakah Allah akan menerima seorang pelacur di tanah suci? jawabannya hanya Allah yang tahu. Kita hanya bisa berharap dan takut. Senantiasa berharap atas ampunannya, selalu takut atas azabnya dan selalu berbuat baik. Boleh jadi, satu perbuatan baik yang kita lakukan akan menjadi ampunan atas dosa-dosa kita.

Untuk pertanyaan kedua dijawab oleh Gurutta dengan 3 bagian jawaban. Bagian pertama kita membenci seseorang itu sebenarnya kita membenci diri sendiri. Mengapa kita harus membenci? padahal kita bisa mengatur hati kita, bilang saya tidak akan membencinya. Toh kita berkuasa penuh untuk mengaturnya. Contoh ketika Daeng membenci ayahnya karena dia tidak mampu menghentikan bahkan mengubah perilaku jahat ayahnya. Sedangkan ibunya lebih tetap menyayangi ayahnya. Bagian kedia terkait dengan berdamai. Saat kita memutuskan memaafkan seseorang, itu bukan persoalan apakah orang itu salah, dan kita benar. Kita memutuskan untuk memaafkan seseorang karena kita berhak kedamaian dalam hati. Bagian ketiga terkait dengan kesalahan. Kesalahan itu ibarat kertas kosong, tiba-tiba ada yang mencoretnya dengan keliru. Kita bisa memaafkannya dengan menghapus tulisan tersebut. Tetapi tetap ada bekasnya. Agar semuanya bersih, bukalah lembaran baru yang benar-benar kosong. Tutup lembaran tidak menyenangkan itu, dan jangan diungkit-ungkit lagi.

Untuk pertanyaan ketiga dijawab oleh Gurutta dengan 3 bagian jawaban. Bagian pertama lahir, mati, adalah takdir Allah, kita tidak mengetahuinya. Kenapa Mbah Putri harus meninggal di atas kapal ini ya cuma Allah yang tahu. Amat terlarang bagi seorang muslim mendustai takdir Allah. Allah tahu yang kita butuhkan, bukan apa yang kita inginkan. Bagian kedua biarkan waktu mengobati seluruh kesedihan. Hari demi hari akan menghapus selembar demi selembar kesedihan. Dalam Al-Quran ditulis dengan sangat indah, minta tolonglah kepada sabar dan shalat. Bagian terakhir, mulailah memahami kejadian ini dari kaca mata yang berbeda agar lengkap. Mungkin kejadian Mbah Putri meninggal kita melihatnya buruk, tapi tidaklah kita melihat dari kaca mata yang berbeda bagwa Mbah Putri meninggal di atas kapal yang menuju tanah suci dan saat sedang shalat shubuh.

Untuk pertanyaan keempat dijawab oleh Gurutta dengan baik. Apakah cinta sejati itu, cinta sejati adalah melepaskan. Semakin sejati perasaan itu, maka semakin tulus kau melepaskan. Lepaskanlah, jika dia adalah cinta sejati, dia pasti akan kembali dengan cara mengagumkan. Jika dia tidak kembali, maka sederhana jadinya, itu bukan cinta sejati. Kisah cinta kita ditulis oleh Allah. Allah lah pemilik cinta yang paling sempurna di muka bumi. Dengan meyakini itu, maka tidak mengapa kalau kau patah hati, kecewa, atau menangis karena harapan. Cinta itu ibarat bibit tanaman. Jika dia tumbuh di tanah yang subur, disiram dengan pupuk pemahaman baik, dirawat dengan menajga diri, maka tumbuhlah dia menjadi pohon yang berbuah lebat dan lezat. Jika harapan dan keinginan memiliki itu belum tergapai, belum terwujud, maka teruslah memperbaiki diri sendiri, sibukkan dengan belajar. Sekali kau bisa mengendalikan harapan dan keinginan memiliki, maka sebesar apapun wujud kehilangan, kau sudah siap menghadapi.  

Untuk pertanyaan kelima justru dijawab Gurutta dengan perbuatan ketika kapal Blitar Holland dibajak oleh perompak dari Somalia. Dia mampu menghilangkan rasa trauma kehilangan dengan ikut mengajak penumpang dan berperang melawan perompak. Bahkan tidak ada satu pun penumpang yang tewas dalam pertempuran ini. 

Dan pada akhirnya sepulang dari Makkah, Ambo Uleng pun dijodohkan dengan seorang gadis yang dia cintai sebelumnya. Sungguh itu adalah hadiah bagi orang yang sabar. Sedangkan Daeng Adipati pun mengunjungi enam saudaran untuk merekatkan tali persaudaraan mereka yang penuh renggang. Meminta enam saudaranya memaafkan ayah mereka. Dan Mbak Kakung pun sudah menunaikan haji dan kemudian meninggal di atas laut yang sama tempat Mbah Putri meninggal, dan jika kita menyaksikannya, tubuh Mbah Kakung persis di sebelah jasad Mbah Putri. Sedangkan Gurutta Ahmad Kareang dengan gagah berani memimpin perlawanan di tanah Bugis.

Penilaian

Saya akan memberikan nilai 9/10 untuk novel ini. Novel ini sangat direkomendasikan untuk seluruh kalangan, terutama orang yang sedang bersedih hati. Novel ini bisa dijadikan nasihat untuk kita karena novel ini penuh dengan nilai-nilai baik.


Comments